Wednesday, April 20, 2016

Sepenggal Cerita Dibalik Kelahiran Putraku #PART1

12 April 2016 pukul 12:00, akhirnya momen berharga itu datang. Tepat pada waktu itu putraku lahir. Sebelum dia benar2 muncul menyapa dunia, sinyal kehadirannya terdeteksi 3 hari sebelumnya.

10 April 2016, dini hari sekitar pukul 05:30 seperti biasa aku ke kamar mandi untuk BAK. Tiba2 aku dapati lendir bercampur darah yang hanya sedikit, kira2 satu tetes. Hatiku sangaaaattt gembira. Yang aku tahu itu adalah mucus yg keluar, tanda awal persalinan. Hatiku sedikit lega karna sebentar lagi aku akan bertemu anakku, rasa gundah gulana karna kehamilan yang sudah lewat HPL sedikit sirna. Akupun kian semangat berjalan kaki seperti biasa. Namun kegiatan itu harus terhenti tatkala rasa sakit yang luar biasa pada tulang vaginaku hingga berhasil membuatku tidak bisa berjalan. Rasa sakit itu sebentar ringan sebentar muncul terasa sangat kuat. Ketika terasa ringan aku gunakan untuk olahraga jalan kaki, belly dance, atau sekedar nungging2 sampai pada akhirnya satu hari penuh rasa sakit itu sangat kuat tiada jeda sampai2 aku harus berbaring di tempat tidur. Lendir itu juga tak kunjung keluar lagi.

11 April 2016,
Seperti biasa rutinitas pagi hari di kamar mandi, aku mendapati lendir yang lebih banyak dari kemarin. Bedanya, kemarin lendir sangat pekat dengan darah merah kehitaman, saat ini lendir bercampur hanya dengan bercak darah merah kecoklatan. Rasa sakit di tulang vagina sudah reda, aku sudah bisa beraktifitas lagi meski tidak dengan sangat lincah. Lendir itu beberapa kali aku jumpai setiap kali ke kamar mandi. Aku mulai galau. Beberapa teman, bidan dan dokter kandungan aku BBM untuk menanyakan seputar kejadian yang aku alami. Semuanya menyarankan aku segera ke tenaga mediuntuk cek pembukaan. Well, sekitar pukul 10.00, aku dan suami pergi ke bidan terdekat. Hasilnya, ternyata belum ada pembukaan. Sedih? Sangat!
Pukul 16:00, aku mengajak suami nonton "The Jungle Book" di suncity mall Sidoarjo, sekalian memperbanyak jalan kaki muter2 dalem mall (rutinitas saat hamil). Diperjalanan tiba2 muncul rasa sakit yg tidak biasa di pinggang. Nyeri...tapi bisa aku tahan. Rasa itu beberapa kali muncul saat perjalanan. Sampai di parkiran mall, tiba2 rasa sakit di vagina muncul lagi membuat aku kesulitan berjalan. Alhasil suami ngomel,"sudah dibilangi istirahat saja, malah maksa kesini". Dengan jalan pelan2 akhirnya sampai juga di gedung bioskopnya.

Film dimulai pukul 17.00. Saat itu juga adikku datang. Hampir saja kita gagal nonton karna dia telat. Saat nonton, rasa sakit di pinggang itu muncul dan makin terasa. Hilang timbul. Aku belum menyadari kalau itu kontraksi. Karena orang bilang rasa saat kontraksi seperti dilep saat mau menstruasi. Sedangkan rasa ini sangat sangat berbeda berdasarkan pengalamanku. Hingga akhirnya aku curiga dengan hilang timbulnya, aku cek jam, aku perhatikan jeda dan lama sakitnya datang dan yap! Rasa sakit itu datang setiap 7 menit sekali dengan durasi 40 detik. Rasa sakitnya masih bisa aku tahan meski Cukup menggaanggu acara nonton. hehehe

Selepas nonton aku ngajak suami jalan2 dan makan, tapi ditolak mentah2. Sepertinya suami sudah menangkap sinyal kalau aku akan melahirkan. Suami  minta makannya beli dibungkus saja dan langsung pulang. Sebelumnya mampir dulu di rumah orang tuaku untuk nganterin adik dan makan2 disana. Sekitar pukul 21.00 kami pulang karna aku juga sudah mulai nggak tahan dengan sakitnya. Sepanjang perjalanan dan sampai di rumah pun rasa sakit pinggang itu datang terus. Sakit sekali. Kali ini durasinya sudah 5 menit sekali. Akupun mulai merengek2 sedikit saat sakitnya datang. Nggak bisa tidur. Saat mau tidur, selalu tersadar tiap kali kontraksi di pinggang itu. Suamipun jadi terganggu tidurnya karna rengekanku. Pukul 23.00, aku ngajak suami ke rumah sakit, tapi kami nggak yakin. Aku sendiri juga nggak yakin kalau ini kontraksi. Karna aku masih percaya bahwa kontraksi harusnya di perut. Bukan di pinggang. Akhirnya ditunda dulu.

14 April 2016, sekitar pukul 01.00 dini hari aku nekat ngajak suami berangkat ke rumah sakit karna rasa sakitnya sudah mulai tidak tertahankan seperti pinggang ini mau putus. Sakiiittt sekali. Tangisankupun pecah dipelukan suami saat kontraksi itu datang yang makin sakit tepat di depan pintu rumah sakit. Suami terus menyemangati, "harus semangat sayang.. masak mau ketemu anaknya kok nangis. Harusnya seneng.. waktu yang ditunggu2 hampir tiba." Jujur seneng sekali..tapi nangis2 juga saat kontraksi datang. Oh ya, kami berangkat bersama mama mertuaku juga. Aku langsung di bawa ke ruang VT persalinan. Pertama2 darahku diambil untuk tes darah yg hasilnya leukositku terlalu tinggi hingga aku harus diinfus. Bidan kemudian melakukan cek pembukaan dan ternyata masih pembukaan 1 sempit.huhuhu pembukaan segitu aja rasa sakitnya sudah alamak... gimana nanti?? Saat itu sekitar pukul 02.30.
Aku ngantuk sekali..tapi aku nggak bisa tidur. Sesekali berjalan kaki, saat kontraksi datang, langsung meluk suami. Sesekali ngerengek ke mama mertua, kok sakit sekali ma.. pinggangku rasanya mau putus. Hiks hiks.. mama mertua hanya bisa tersenyum dan bilang iya.. kalau anak laki2 memang begitu. Sabar..

Pukul 04.30, sudah berbaring lagi. Bidan senior datang melakukan cek pembukaan ternyata sudah bukaan 5 ke 6. WoW.. cepet sekali.. aku sangat senang. Pikirku saat itu mungkin pukul 06.00 udah lahiran. Udah gak tahan bok.. waktu berlalu tapi anakku tak kunjung lahir. Hingga pukul 07.00 di cek pembukaan masih 6. ketubanku dipecah untuk mempercepat pembukaan. Aku udah gak tahan. Aku sudah benar2 menangis saat itu. Segala ayat alquran yg aku hafal aku lantunkan. Suami juga mengajikanku ayat alqur'an di telingaku sambil sesekali mengusap kepalaku dan memelukku saat kontraksi yg mashaAllah itu datang. Akhirnya tercetuslah dari mulutku, "yank..masak harus saecar? Aku gak kuat..sakit sekali" Entahlah..jika ada yg bilang kontraksi itu biasa saja, yg aku rasakan benar2 sakit sekali. Sakiiiitttt sekaliiiii... aku sudah menangis2 terus tiap kontraksi ini datang. Nafas panjang pun percuma. Tetap terasa sakit. suamipun akhirnya ikut menangis. Nggak tega lihat istrinya kesakitan.

Pembukaan berjalan sangat lambat hingga pada titik kontraksi yg sangat hebat dengan sensasi mengejan tapi aku tidak boleh mengejan. Ya! Pembukaan 8. Dan itu sekitar pukul 10.00. Sudah sangat sangat sangat nggak kuat. Aku sampai mohon2 ke suami untuk di saecar saja. Tapi suami terus meyakinkan kalau aku bisa. Bidan pun juga demikian, mendukung untuk tetap bisa normal. Sedikit lagi katanya. Alamak... jangankan 2 pembukaan lagi, 5 menit saja aku nggak sanggup! Tiap kontraksi datang, tingkahku udah nggak karu2an saking sakitnya dan saking tersiksanya ingin mengejan tapi nggak boleh. Oh Tuhan...kapan akan berakhir? Dari pembukaan 8 inilah, kontraksi hampir tidak ada jeda. Akhirnya aku bilang ke mama mertuaku, aku mau operasi ma! Panggilkan dokternya sekarang! Aku nggak kuaaattt! Mama langsung kelabakan minta bidannya telepon dokternya. Namun na'as! Beliau sedang ada operasi di lain tempat. Aku menangis sejadi2nya. Saat itu aku merasa ada di pintu ambang kematian. Segala dzikir dan doa kami latunkan. Ya Allah.. tolong aku.. tolong aku Tuhan.. Aku nggak kuat.. bidan.. tolong panggilkan dokternya.. kasih aku obat bidan.. aku udah gak kuat dengan rasa sakitnya.. kasih aku obat sekarang juga.. tolong aku sekarang.. hentikan rasa sakitku ini! Suami dan mama mertua tak henti2nya mengusap kepalaku dengan air dan selalu membisikkan doa serta semangat bahwa aku kuat! Aku pasti kuat!

Jam berjalan terasa sangat lambat bagiku. Hingga pada akhirnya aku juga sudah di ujung nafas. Tenagaku sudah terkuras hampir tak bersisa bahkan hanya untuk membuka mata. Aku hanya bisa diam menangis dan mengerang saat kontraksi datang. Saat saat itu suami selalu memelukku, memandu untuk menarik nafas panjang, mengingatkan untuk tidak mengejan! Ah! Tidak mempan! Aku selalu mengejan dengan sendirinya. Tiap kali kontraksi aku mengejan dan mengeluarkan air kencing jumlah yg sangat banyak sekali. Mama dan para bidan sampai kelagapan juga untuk menahanku agar tidak mengejan. Oh no.. mengejan dengan sendirinya dengan power yang sangat besar! Permintaan tolong untuk dipanggilkan dokter! Meminta diberi obat apapun pokoknya sakit itu berhenti kian sering terucap. Akhirnya sekitar pukul 11.00 pembukaan 9. Akupun tidak peduli. Bahkan kalaupun pembukaan lengkap aku dengan rasa sakit saat itu, aku tetap ingin di saecar! Telepon terakhir ke dokter beliau bilang ok! Operasi akan dilaksanakan pukul 13.00. Astaghfirullah... kok lama sekali? Aku benar2 gak kuat! Pasrah.. seakan2 satu langkah di pintu kematian. Aku pasrah Tuhan.. tapi jauh di dalam hatiku aku terus berdoa, kuatkan aku..selamatkan aku ya Allah.. selamatkan aku dan bayiku. Hanya Engkau yg mampu menolongku. Tolong aku.. tolong segera akhiri ini semua! Aku gak kuat Tuhan.. akhiri segera!

Detik demi detik terasa begitu menyiksa menunggu pukul 13.00. Memang! Tidak ada yg bisa dilakukan lagi. Sekitar pukul 11.30, 3 bidan datang lagi. Kali ini mereka memberikan obat induksi melalui infus. Satu bidan cek pembukaan dan bilang oke! Kalau mau mengejan boleh mengejan ya sekarang. Subhanallah! Sumpah semangatku langsung naik. Cuma bedanya, sejak induksi itu dipasang, rasa sakitnya tidak berhenti sama sekali. Teruuusssss... tapi bukan sakit kontraksi di perut seperti seharusnya melainkan di anus! Aku pingin ngejan terus, terus, dan terus. Suami, mertua, bidan, semua siaga membantuku saat mengejan. Membasuhkan air di kepala, karna keringatku bercucuran nggak karuan sedari tadi meski ruangan itu berAC. Memegangkan kepala dan kakiku sedemikian rupa posisi untuk memudahkan bayi keluar. Namun sayang.. meski pembukaan lengkap tak kunjung keluar bayinya karna posisinya masih jauh di atas. Hiks hiks.. aku mulai teriak lagi. Vakum aja bu bidan.. lakukan sesuatu. Segera keluarkan bayiku. Gunting saja vaginaku! Atau apapun pokoknya bayiku segera keluar. Sakit sekali iniiii... nggak bisa mbak.. bayinya masih terlalu tinggi. Yok nekat yok! Ngejan yok! Harus bisa ya! Kasian bayinya. Beberapa kali dilakukan tes jantung pada bayiku dan alhamdulillah selalu ada dan stabil. Akupun mengejan terus menerus tiada berhenti karna sakitnya sensasi mengejanpun tiada henti. Berhenti sejenak karna kehabisan nafas. Bidan selalu bilang yak bagus pinter sayang sebentar lagi. Sudah kelihatan rambutnya. Iyak terus bagus. Begituuuu terus katanya bagus2 tapi aku ngejan udah lebih dari 30 kali si bayi juga belum brojol. Hadeh.. sampai pada akhirnya nggak tahu ngejan ke berapa vaginaku digunting. Beberapa ibu2 bilang nggak kerasa sakit sama sekali. Tapi saya sadar betul bagaimna rasanya digunting. Karna pengguntingan dilakukan harusnya saat ada kontraksi besar di rahim. Tapi rahimku tidak kontraksi sama sekali sedari tadi. Tidak keras sama sekali. Hanya rasa sakit yg larinya ke anus. Itu sebabnya aku bisa merasakan sakitnya digunting. Tapi tak apa. Aku malah senang. Berarti jalan lahir anakku makin luas. Sakitnya diguntingpun tidak ada apa2nya dengan sakit saat kontraksi dan sensasi mengejan pada waktu itu. Aku mengejan beberapa kali. Aku sempat terhenti karna nafas nggak kuat. Suami yg selalu standby di sampingku, ayo sayank! Kepalanya sudah 1/3 keluar. Semangat yank sedikit lagi! Terus jangan berhenti. Wow.. energiku bagaikan direcharge. Sekedar info, karna aku mengejan tanpa ada kontraksi, babynya sulit keluar. Untungnya dibantu didorong sama bidannya melalui perut. Finally, beberapa kali lagi mengejan, aku keluarkan seluruh sisa tenaga dan nafasku dan dibantu didorong bidan, bruuullll... kepala anakku keluar diikuti dengan brull brull lainnya. Badannya, ari2, placenta, gumpalan darah, semua mengalir berurutan begitu melegakan. Lihat yank.. itu anak kita. Anak kita sudah lahir. Begitu suami berkata dengan mata berkaca2 dan menciumi keningku. Mama mertuaku juga begitu. Dia menangis sambil menciumi keningku, mengucapkan terimakasih dan lagi2 membasuh kepalaku. Semua rasa sakit yg amazing tadi hilang begitu saja. Alhamdulillah..

Karna terlalu lama keluarnya anakku nangisnya hanya sedikiiitt dan kecil sekali. Lalu bidan memasukkan selang melalui mulutnya untuk mengeluarkan lendir2 di dalam yang akhirnya anakku terbatuk2 dan menangis kencang. and you know what, kepalanya lonjong karna keluar masuk terua. Aku menangis bersyukur akhirnya anakku lahir juga tepat pukul 12.00. Akupun terus menangis dan berdoa memohon keselamatan bayiku dan umur yang panjang. Segala dzikir dan shalawat aku dan suami lantunkan. Mama mertua mengabari bapak mertua dan sibuk mengambil gambar anakku.

Mama mertua dan suami akhirnya disuruh keluar, waktunya melakukan jahitan. Begitu dengan bayiku, dibawa ke ruangan inkubator dan diadzani suami. Huwah..padahal aku pingin lihat dan mengabadikan momen itu. Aku kira penderitaan rasa sakitku sudah berakhir. Ternyata belum. Proses jahit menjahit vaginaku rasanya maknyusss... awalnya aku bisa tahan. Tapi waktu sudah sampai di bagian kulit aku nangis2 lagi. Suakitnya minta ampun! Tapi tetep sih.. gak sesakit proses melahirkan. Hehehe.. jahitanku banyak sekali pemirsa.. dimana2.. sampai anus. Oh..god...

Bersambung...

NB : Cerita ini ditulis bukan untuk menakut2i.. justru sebagai penyemangat. Bahwa Allah tidak pernah memberi apapun yang tidak bisa kita lampaui. Buktinya meski beberapa kali bilang nggak kuat ternyata atas izin Allah aku bisa melalui proses melahirkan normal itu. Allah pasti selalu menolong hambanya..semangat ya mommies..


Bersambung...

5 comments:

  1. Mangkane jng ngejan sebelum waktunya. Heeeee :-)😀😘

    ReplyDelete
  2. Jd inget dulu waktu lahiran...11 12 lha.. Kepala msh tinggi Jd ngejan kepalanya dulu biar turun baru ngejan lg buat keluarin.. Jd Kangen lahiran lg.. Hahagaghh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahaha iyaa..jdi pingin punya baby lagi. Anyway makasih sudah mampir

      Delete

Tinggalkan Jejak, Please. . . =)