Proses jahit menjahit sudah selesai, tubuhku dibalut jarik, pintu persalinan dibuka, mempersilahkan anggota keluarga yg ingin masuk. Mama dan Papaku masuk dengan isak tangis yang luar biasa. Mama langsung memelukku meminta maaf kepadaku karena tidak bisa menemani persalinanku "Maafin mama ya nak.. Mama nggak bisa nemeni kamu melahirkan. Mama nggak tega lihat kamu kesakitan. Maafin mama.. denger kamu nangis aja mama udah gemetaran gak karuan apalagi harus nungguin kamu di dalam.. daritadi mama nunggu di depan saja.. mama titipin kamu ke mertuamu" Aku yang memang selama kontraksi selalu mengingat mama, membayangkan perjuangan mamaku saat melahirkanku, tetapi kenyataannya aku sering menyakiti hatinya karna kita hampir tidak pernah sependapat, juga menangis terseduh sedan mengucapkan terimakasih, terimakasih dan terimakasih..
Berlanjut ke Papa yang juga menangis tak kalah seperti tangisan anak kecil memelukku dan mengucapkan selamat kepadaku. Akupun juga mengucapkan terimakasih sebesar2nya karna Papa telah membesarkanku dengan segala jerih payahnya, sungguh.. betapa aku sebagai anak terlalu banyak dosa kepada mereka terlepas seberapa salah mereka dan seberapa kali aku memberi, tetap saja aku tak akan pernah bisa melunasi besar jasa mereka.
Satu hari terlewati sudah. Para sanak saudara yg bergantian berkunjung sudah habis meninggalkan aku, suami dan arun (putra kami). Kira2 waktu itu pukul 02.30 dini hari. Arun sedari tadi rewel tiba2 mengeluarkan muntah ke-3 kalinya. Kali ini muntah coklat kehitaman, setelah muntah hijau dan muntah coklat. Aku pikir itu sesuatu yg biasa disebut "gumoh". Mungkin karna ASI pertama kali yg diminum jadi kolostrum yg dimuntahkan. Arunpun tidak bisa tidur sampai akhirnya tidur dalam dekapan dadaku.
Pagi hari saat perawat visit kami, aku iseng tanya perihal muntah anakku. Dengan langkah cepat tim medis membawa anakku untuk ke ruang ICU dengan dugaan infeksi lambung karna itu sebenarnya muntah darah. Deg!! Jantungku serasa hampir berhenti berdetak. Anakku diberikan tindakan tes darah, dan pengeluaran isi lambung, dia disuruh puasa selama 6 jam. Aku menurut saja. Berharap tidak ada sesuatu buruk terjadi pada anakku. 6 jam kemudian, aku dipanggil untuk memberi ASI ke ruang ICU. Tidak ada seorangpun yg boleh masuk kecuali aku. Itupun aku harus disterilkan dulu. Suamiku hanya bisa memperhatikan dari balik kaca. Saat pertama kali melihat anakku saat itu, aku hanya bisa menangis sejadi2nya. Bagaimana tidak? Bayi berusia satu hari harus dimasuki selang ke lambungnya melalui mulut, diinfus kakinya, dimasukkan ke dalam kotak incubator. Belum lagi expresi wajahnya yg tersiksa dengan adanya selang di tenggorokannya, hendak muntah berkali2, saat aku beri ASIpun dia ingin muntah lagi karna benda asing itu. Akhirnya dia hanya bisa bersandar di dadaku dan tertidur meski tiap satu jam aku datang untuk memberikan ASI. Begitu seterusnya sampai keesokan harinya, lagi2 anakku tidak mau minum ASI.
Hasilnya, lambung anakku ternyata bersih. Tidak ada infeksi. Tapi hasil tes darah, ada radang di tubuhnya. Aku juga kurang jelas radang apa. Tapi selang itu tak kunjung dikeluarkan. Hingga saat aku hendak memberikan ASI lagi tetapi tetap anakku ingin muntah dan tidak mau, aku bertanya "kapan selang ini dilepas mbk?" Seketika perawat itu langsung menarik selang dalam lambung anakku dan seketika itu juga anakku minum ASIku seakan penuh rasa kehausan. Hiks... ya Allah... ini toh nak mau kamu... pemberian ASIpun berjalan lancar tiap jam. Ya, tiap jam aku harus ke ruang ICU untuk memberikan ASI. Arun dijadwalkan mendapat perawatan selama 3 hari menyesuaikan jumlah 6 suntikan antibiotik yg harus diberikan ke anakku.
Malam ke 2 perawatan Arun, Arun diambil darahnya lagi karna tubuhnya kuning. Ditambah lagi, kaki kirinya bengkak karna efek samping infus hingga tempat memasukkan suntikan harus dipindah ke tangannya. Lagi2 anakku harus disuntik. Disitu perasaan seorang ibupun pasti sangat tersiksa.
Hasil tes darah menunjukkan kuning anakku 11,7. Jika mencapai 12 maka harus disinar di ruangan tertentu. Dalam penyinaran, dia harus ditelanjangi bulat dan matanya ditutup. Orang tua mana yg tega? Suamikupun menolaknya. Kami bisa mengupayakan kesembuhannya dengan memberikan ASI yg banyak. Pemberian ASIpun aku lakukan semaksimal mungkin. Terlebih lagi saat ini Arun sudah berada di ruanganku. 4 hari sudah kami di RS. Sudah tidak sabar pulang. Kami berencana pulang keesokan harinya. Tapi melihat kondisi anakku, pihak rumah sakit tidak mengizinkan pulang dan meminta kami menyetujui tindakan penyinaran karna kuning anakku tak kunjung berkurang, mereka takut bertambah. Untuk mengetahuinya, mereka hendak melakukan tes darah lagi. NO!! cukup acara suntik menyuntiknya anakku. Tidak tega!! Sampai esok haripun saat kami ingin mengurus administrasi mereka tetap tidak menghendaki pulang. Sampai 2 kali suami harus menandatangani pernyataan ketidak setujuan penyinaran dan pulang atas kemauan sendiri. Merekapun akhirnya menghimbau untuk menelateni upaya penyembuhan di rumah dengan cara dijemur dan minum ASI yg banyak.
Sampai di rumah, kamipun ulet menjemur di sinar matahari pagi dan memberi ASI. Syukur Alhamdulillah, beberapa hari kemudian kuningnya semakin mereda, matanyapun kian memutih dan cerah. Hingga sampai saat ini keadaan anak kami semakin membaik. Alhamdulillah..
Tuesday, April 26, 2016
Sepenggal Cerita dibalik Kelahiran Putraku #PART2
Dear you,
Yesi Sehiling adalah nama yang dianugerahkan orang tuaku sejak kecil. Tapi kini berubah menjadi Yesi Iqomaddin semenjak dipersunting suami saya, Fajar Iqomaddin.
Aku biasa dipanggil Kebo. Yah..nama secantik yang aku miliki berubah menjadi Kebo karena kondisi badan yang nggak bisa dibilang seperti model (sejak SMA).
Blog ini sengaja dibuat sebagai wadah agar aku terus berlatih menulis. Maklum..sebagai mahasiswi sastra (sekarang alumni), aku sangat tidak bisa menulis dan tidak pernah menulis. Unik gak sih? Unik aja lah ya...hihihi...Semoga kalian tidak sakit mata membaca tulisanku ☺. Please enjoy!
Wednesday, April 20, 2016
Sepenggal Cerita Dibalik Kelahiran Putraku #PART1
12 April 2016 pukul 12:00, akhirnya momen berharga itu datang. Tepat pada waktu itu putraku lahir. Sebelum dia benar2 muncul menyapa dunia, sinyal kehadirannya terdeteksi 3 hari sebelumnya.
10 April 2016, dini hari sekitar pukul 05:30 seperti biasa aku ke kamar mandi untuk BAK. Tiba2 aku dapati lendir bercampur darah yang hanya sedikit, kira2 satu tetes. Hatiku sangaaaattt gembira. Yang aku tahu itu adalah mucus yg keluar, tanda awal persalinan. Hatiku sedikit lega karna sebentar lagi aku akan bertemu anakku, rasa gundah gulana karna kehamilan yang sudah lewat HPL sedikit sirna. Akupun kian semangat berjalan kaki seperti biasa. Namun kegiatan itu harus terhenti tatkala rasa sakit yang luar biasa pada tulang vaginaku hingga berhasil membuatku tidak bisa berjalan. Rasa sakit itu sebentar ringan sebentar muncul terasa sangat kuat. Ketika terasa ringan aku gunakan untuk olahraga jalan kaki, belly dance, atau sekedar nungging2 sampai pada akhirnya satu hari penuh rasa sakit itu sangat kuat tiada jeda sampai2 aku harus berbaring di tempat tidur. Lendir itu juga tak kunjung keluar lagi.
10 April 2016, dini hari sekitar pukul 05:30 seperti biasa aku ke kamar mandi untuk BAK. Tiba2 aku dapati lendir bercampur darah yang hanya sedikit, kira2 satu tetes. Hatiku sangaaaattt gembira. Yang aku tahu itu adalah mucus yg keluar, tanda awal persalinan. Hatiku sedikit lega karna sebentar lagi aku akan bertemu anakku, rasa gundah gulana karna kehamilan yang sudah lewat HPL sedikit sirna. Akupun kian semangat berjalan kaki seperti biasa. Namun kegiatan itu harus terhenti tatkala rasa sakit yang luar biasa pada tulang vaginaku hingga berhasil membuatku tidak bisa berjalan. Rasa sakit itu sebentar ringan sebentar muncul terasa sangat kuat. Ketika terasa ringan aku gunakan untuk olahraga jalan kaki, belly dance, atau sekedar nungging2 sampai pada akhirnya satu hari penuh rasa sakit itu sangat kuat tiada jeda sampai2 aku harus berbaring di tempat tidur. Lendir itu juga tak kunjung keluar lagi.
11 April 2016,
Seperti biasa rutinitas pagi hari di kamar mandi, aku mendapati lendir yang lebih banyak dari kemarin. Bedanya, kemarin lendir sangat pekat dengan darah merah kehitaman, saat ini lendir bercampur hanya dengan bercak darah merah kecoklatan. Rasa sakit di tulang vagina sudah reda, aku sudah bisa beraktifitas lagi meski tidak dengan sangat lincah. Lendir itu beberapa kali aku jumpai setiap kali ke kamar mandi. Aku mulai galau. Beberapa teman, bidan dan dokter kandungan aku BBM untuk menanyakan seputar kejadian yang aku alami. Semuanya menyarankan aku segera ke tenaga mediuntuk cek pembukaan. Well, sekitar pukul 10.00, aku dan suami pergi ke bidan terdekat. Hasilnya, ternyata belum ada pembukaan. Sedih? Sangat!
Pukul 16:00, aku mengajak suami nonton "The Jungle Book" di suncity mall Sidoarjo, sekalian memperbanyak jalan kaki muter2 dalem mall (rutinitas saat hamil). Diperjalanan tiba2 muncul rasa sakit yg tidak biasa di pinggang. Nyeri...tapi bisa aku tahan. Rasa itu beberapa kali muncul saat perjalanan. Sampai di parkiran mall, tiba2 rasa sakit di vagina muncul lagi membuat aku kesulitan berjalan. Alhasil suami ngomel,"sudah dibilangi istirahat saja, malah maksa kesini". Dengan jalan pelan2 akhirnya sampai juga di gedung bioskopnya.
Film dimulai pukul 17.00. Saat itu juga adikku datang. Hampir saja kita gagal nonton karna dia telat. Saat nonton, rasa sakit di pinggang itu muncul dan makin terasa. Hilang timbul. Aku belum menyadari kalau itu kontraksi. Karena orang bilang rasa saat kontraksi seperti dilep saat mau menstruasi. Sedangkan rasa ini sangat sangat berbeda berdasarkan pengalamanku. Hingga akhirnya aku curiga dengan hilang timbulnya, aku cek jam, aku perhatikan jeda dan lama sakitnya datang dan yap! Rasa sakit itu datang setiap 7 menit sekali dengan durasi 40 detik. Rasa sakitnya masih bisa aku tahan meski Cukup menggaanggu acara nonton. hehehe
Selepas nonton aku ngajak suami jalan2 dan makan, tapi ditolak mentah2. Sepertinya suami sudah menangkap sinyal kalau aku akan melahirkan. Suami minta makannya beli dibungkus saja dan langsung pulang. Sebelumnya mampir dulu di rumah orang tuaku untuk nganterin adik dan makan2 disana. Sekitar pukul 21.00 kami pulang karna aku juga sudah mulai nggak tahan dengan sakitnya. Sepanjang perjalanan dan sampai di rumah pun rasa sakit pinggang itu datang terus. Sakit sekali. Kali ini durasinya sudah 5 menit sekali. Akupun mulai merengek2 sedikit saat sakitnya datang. Nggak bisa tidur. Saat mau tidur, selalu tersadar tiap kali kontraksi di pinggang itu. Suamipun jadi terganggu tidurnya karna rengekanku. Pukul 23.00, aku ngajak suami ke rumah sakit, tapi kami nggak yakin. Aku sendiri juga nggak yakin kalau ini kontraksi. Karna aku masih percaya bahwa kontraksi harusnya di perut. Bukan di pinggang. Akhirnya ditunda dulu.
14 April 2016, sekitar pukul 01.00 dini hari aku nekat ngajak suami berangkat ke rumah sakit karna rasa sakitnya sudah mulai tidak tertahankan seperti pinggang ini mau putus. Sakiiittt sekali. Tangisankupun pecah dipelukan suami saat kontraksi itu datang yang makin sakit tepat di depan pintu rumah sakit. Suami terus menyemangati, "harus semangat sayang.. masak mau ketemu anaknya kok nangis. Harusnya seneng.. waktu yang ditunggu2 hampir tiba." Jujur seneng sekali..tapi nangis2 juga saat kontraksi datang. Oh ya, kami berangkat bersama mama mertuaku juga. Aku langsung di bawa ke ruang VT persalinan. Pertama2 darahku diambil untuk tes darah yg hasilnya leukositku terlalu tinggi hingga aku harus diinfus. Bidan kemudian melakukan cek pembukaan dan ternyata masih pembukaan 1 sempit.huhuhu pembukaan segitu aja rasa sakitnya sudah alamak... gimana nanti?? Saat itu sekitar pukul 02.30.
Aku ngantuk sekali..tapi aku nggak bisa tidur. Sesekali berjalan kaki, saat kontraksi datang, langsung meluk suami. Sesekali ngerengek ke mama mertua, kok sakit sekali ma.. pinggangku rasanya mau putus. Hiks hiks.. mama mertua hanya bisa tersenyum dan bilang iya.. kalau anak laki2 memang begitu. Sabar..
Pukul 04.30, sudah berbaring lagi. Bidan senior datang melakukan cek pembukaan ternyata sudah bukaan 5 ke 6. WoW.. cepet sekali.. aku sangat senang. Pikirku saat itu mungkin pukul 06.00 udah lahiran. Udah gak tahan bok.. waktu berlalu tapi anakku tak kunjung lahir. Hingga pukul 07.00 di cek pembukaan masih 6. ketubanku dipecah untuk mempercepat pembukaan. Aku udah gak tahan. Aku sudah benar2 menangis saat itu. Segala ayat alquran yg aku hafal aku lantunkan. Suami juga mengajikanku ayat alqur'an di telingaku sambil sesekali mengusap kepalaku dan memelukku saat kontraksi yg mashaAllah itu datang. Akhirnya tercetuslah dari mulutku, "yank..masak harus saecar? Aku gak kuat..sakit sekali" Entahlah..jika ada yg bilang kontraksi itu biasa saja, yg aku rasakan benar2 sakit sekali. Sakiiiitttt sekaliiiii... aku sudah menangis2 terus tiap kontraksi ini datang. Nafas panjang pun percuma. Tetap terasa sakit. suamipun akhirnya ikut menangis. Nggak tega lihat istrinya kesakitan.
Pembukaan berjalan sangat lambat hingga pada titik kontraksi yg sangat hebat dengan sensasi mengejan tapi aku tidak boleh mengejan. Ya! Pembukaan 8. Dan itu sekitar pukul 10.00. Sudah sangat sangat sangat nggak kuat. Aku sampai mohon2 ke suami untuk di saecar saja. Tapi suami terus meyakinkan kalau aku bisa. Bidan pun juga demikian, mendukung untuk tetap bisa normal. Sedikit lagi katanya. Alamak... jangankan 2 pembukaan lagi, 5 menit saja aku nggak sanggup! Tiap kontraksi datang, tingkahku udah nggak karu2an saking sakitnya dan saking tersiksanya ingin mengejan tapi nggak boleh. Oh Tuhan...kapan akan berakhir? Dari pembukaan 8 inilah, kontraksi hampir tidak ada jeda. Akhirnya aku bilang ke mama mertuaku, aku mau operasi ma! Panggilkan dokternya sekarang! Aku nggak kuaaattt! Mama langsung kelabakan minta bidannya telepon dokternya. Namun na'as! Beliau sedang ada operasi di lain tempat. Aku menangis sejadi2nya. Saat itu aku merasa ada di pintu ambang kematian. Segala dzikir dan doa kami latunkan. Ya Allah.. tolong aku.. tolong aku Tuhan.. Aku nggak kuat.. bidan.. tolong panggilkan dokternya.. kasih aku obat bidan.. aku udah gak kuat dengan rasa sakitnya.. kasih aku obat sekarang juga.. tolong aku sekarang.. hentikan rasa sakitku ini! Suami dan mama mertua tak henti2nya mengusap kepalaku dengan air dan selalu membisikkan doa serta semangat bahwa aku kuat! Aku pasti kuat!
Jam berjalan terasa sangat lambat bagiku. Hingga pada akhirnya aku juga sudah di ujung nafas. Tenagaku sudah terkuras hampir tak bersisa bahkan hanya untuk membuka mata. Aku hanya bisa diam menangis dan mengerang saat kontraksi datang. Saat saat itu suami selalu memelukku, memandu untuk menarik nafas panjang, mengingatkan untuk tidak mengejan! Ah! Tidak mempan! Aku selalu mengejan dengan sendirinya. Tiap kali kontraksi aku mengejan dan mengeluarkan air kencing jumlah yg sangat banyak sekali. Mama dan para bidan sampai kelagapan juga untuk menahanku agar tidak mengejan. Oh no.. mengejan dengan sendirinya dengan power yang sangat besar! Permintaan tolong untuk dipanggilkan dokter! Meminta diberi obat apapun pokoknya sakit itu berhenti kian sering terucap. Akhirnya sekitar pukul 11.00 pembukaan 9. Akupun tidak peduli. Bahkan kalaupun pembukaan lengkap aku dengan rasa sakit saat itu, aku tetap ingin di saecar! Telepon terakhir ke dokter beliau bilang ok! Operasi akan dilaksanakan pukul 13.00. Astaghfirullah... kok lama sekali? Aku benar2 gak kuat! Pasrah.. seakan2 satu langkah di pintu kematian. Aku pasrah Tuhan.. tapi jauh di dalam hatiku aku terus berdoa, kuatkan aku..selamatkan aku ya Allah.. selamatkan aku dan bayiku. Hanya Engkau yg mampu menolongku. Tolong aku.. tolong segera akhiri ini semua! Aku gak kuat Tuhan.. akhiri segera!
Detik demi detik terasa begitu menyiksa menunggu pukul 13.00. Memang! Tidak ada yg bisa dilakukan lagi. Sekitar pukul 11.30, 3 bidan datang lagi. Kali ini mereka memberikan obat induksi melalui infus. Satu bidan cek pembukaan dan bilang oke! Kalau mau mengejan boleh mengejan ya sekarang. Subhanallah! Sumpah semangatku langsung naik. Cuma bedanya, sejak induksi itu dipasang, rasa sakitnya tidak berhenti sama sekali. Teruuusssss... tapi bukan sakit kontraksi di perut seperti seharusnya melainkan di anus! Aku pingin ngejan terus, terus, dan terus. Suami, mertua, bidan, semua siaga membantuku saat mengejan. Membasuhkan air di kepala, karna keringatku bercucuran nggak karuan sedari tadi meski ruangan itu berAC. Memegangkan kepala dan kakiku sedemikian rupa posisi untuk memudahkan bayi keluar. Namun sayang.. meski pembukaan lengkap tak kunjung keluar bayinya karna posisinya masih jauh di atas. Hiks hiks.. aku mulai teriak lagi. Vakum aja bu bidan.. lakukan sesuatu. Segera keluarkan bayiku. Gunting saja vaginaku! Atau apapun pokoknya bayiku segera keluar. Sakit sekali iniiii... nggak bisa mbak.. bayinya masih terlalu tinggi. Yok nekat yok! Ngejan yok! Harus bisa ya! Kasian bayinya. Beberapa kali dilakukan tes jantung pada bayiku dan alhamdulillah selalu ada dan stabil. Akupun mengejan terus menerus tiada berhenti karna sakitnya sensasi mengejanpun tiada henti. Berhenti sejenak karna kehabisan nafas. Bidan selalu bilang yak bagus pinter sayang sebentar lagi. Sudah kelihatan rambutnya. Iyak terus bagus. Begituuuu terus katanya bagus2 tapi aku ngejan udah lebih dari 30 kali si bayi juga belum brojol. Hadeh.. sampai pada akhirnya nggak tahu ngejan ke berapa vaginaku digunting. Beberapa ibu2 bilang nggak kerasa sakit sama sekali. Tapi saya sadar betul bagaimna rasanya digunting. Karna pengguntingan dilakukan harusnya saat ada kontraksi besar di rahim. Tapi rahimku tidak kontraksi sama sekali sedari tadi. Tidak keras sama sekali. Hanya rasa sakit yg larinya ke anus. Itu sebabnya aku bisa merasakan sakitnya digunting. Tapi tak apa. Aku malah senang. Berarti jalan lahir anakku makin luas. Sakitnya diguntingpun tidak ada apa2nya dengan sakit saat kontraksi dan sensasi mengejan pada waktu itu. Aku mengejan beberapa kali. Aku sempat terhenti karna nafas nggak kuat. Suami yg selalu standby di sampingku, ayo sayank! Kepalanya sudah 1/3 keluar. Semangat yank sedikit lagi! Terus jangan berhenti. Wow.. energiku bagaikan direcharge. Sekedar info, karna aku mengejan tanpa ada kontraksi, babynya sulit keluar. Untungnya dibantu didorong sama bidannya melalui perut. Finally, beberapa kali lagi mengejan, aku keluarkan seluruh sisa tenaga dan nafasku dan dibantu didorong bidan, bruuullll... kepala anakku keluar diikuti dengan brull brull lainnya. Badannya, ari2, placenta, gumpalan darah, semua mengalir berurutan begitu melegakan. Lihat yank.. itu anak kita. Anak kita sudah lahir. Begitu suami berkata dengan mata berkaca2 dan menciumi keningku. Mama mertuaku juga begitu. Dia menangis sambil menciumi keningku, mengucapkan terimakasih dan lagi2 membasuh kepalaku. Semua rasa sakit yg amazing tadi hilang begitu saja. Alhamdulillah..
Karna terlalu lama keluarnya anakku nangisnya hanya sedikiiitt dan kecil sekali. Lalu bidan memasukkan selang melalui mulutnya untuk mengeluarkan lendir2 di dalam yang akhirnya anakku terbatuk2 dan menangis kencang. and you know what, kepalanya lonjong karna keluar masuk terua. Aku menangis bersyukur akhirnya anakku lahir juga tepat pukul 12.00. Akupun terus menangis dan berdoa memohon keselamatan bayiku dan umur yang panjang. Segala dzikir dan shalawat aku dan suami lantunkan. Mama mertua mengabari bapak mertua dan sibuk mengambil gambar anakku.
Mama mertua dan suami akhirnya disuruh keluar, waktunya melakukan jahitan. Begitu dengan bayiku, dibawa ke ruangan inkubator dan diadzani suami. Huwah..padahal aku pingin lihat dan mengabadikan momen itu. Aku kira penderitaan rasa sakitku sudah berakhir. Ternyata belum. Proses jahit menjahit vaginaku rasanya maknyusss... awalnya aku bisa tahan. Tapi waktu sudah sampai di bagian kulit aku nangis2 lagi. Suakitnya minta ampun! Tapi tetep sih.. gak sesakit proses melahirkan. Hehehe.. jahitanku banyak sekali pemirsa.. dimana2.. sampai anus. Oh..god...
Bersambung...
NB : Cerita ini ditulis bukan untuk menakut2i.. justru sebagai penyemangat. Bahwa Allah tidak pernah memberi apapun yang tidak bisa kita lampaui. Buktinya meski beberapa kali bilang nggak kuat ternyata atas izin Allah aku bisa melalui proses melahirkan normal itu. Allah pasti selalu menolong hambanya..semangat ya mommies..
Bersambung...
Pembukaan berjalan sangat lambat hingga pada titik kontraksi yg sangat hebat dengan sensasi mengejan tapi aku tidak boleh mengejan. Ya! Pembukaan 8. Dan itu sekitar pukul 10.00. Sudah sangat sangat sangat nggak kuat. Aku sampai mohon2 ke suami untuk di saecar saja. Tapi suami terus meyakinkan kalau aku bisa. Bidan pun juga demikian, mendukung untuk tetap bisa normal. Sedikit lagi katanya. Alamak... jangankan 2 pembukaan lagi, 5 menit saja aku nggak sanggup! Tiap kontraksi datang, tingkahku udah nggak karu2an saking sakitnya dan saking tersiksanya ingin mengejan tapi nggak boleh. Oh Tuhan...kapan akan berakhir? Dari pembukaan 8 inilah, kontraksi hampir tidak ada jeda. Akhirnya aku bilang ke mama mertuaku, aku mau operasi ma! Panggilkan dokternya sekarang! Aku nggak kuaaattt! Mama langsung kelabakan minta bidannya telepon dokternya. Namun na'as! Beliau sedang ada operasi di lain tempat. Aku menangis sejadi2nya. Saat itu aku merasa ada di pintu ambang kematian. Segala dzikir dan doa kami latunkan. Ya Allah.. tolong aku.. tolong aku Tuhan.. Aku nggak kuat.. bidan.. tolong panggilkan dokternya.. kasih aku obat bidan.. aku udah gak kuat dengan rasa sakitnya.. kasih aku obat sekarang juga.. tolong aku sekarang.. hentikan rasa sakitku ini! Suami dan mama mertua tak henti2nya mengusap kepalaku dengan air dan selalu membisikkan doa serta semangat bahwa aku kuat! Aku pasti kuat!
Jam berjalan terasa sangat lambat bagiku. Hingga pada akhirnya aku juga sudah di ujung nafas. Tenagaku sudah terkuras hampir tak bersisa bahkan hanya untuk membuka mata. Aku hanya bisa diam menangis dan mengerang saat kontraksi datang. Saat saat itu suami selalu memelukku, memandu untuk menarik nafas panjang, mengingatkan untuk tidak mengejan! Ah! Tidak mempan! Aku selalu mengejan dengan sendirinya. Tiap kali kontraksi aku mengejan dan mengeluarkan air kencing jumlah yg sangat banyak sekali. Mama dan para bidan sampai kelagapan juga untuk menahanku agar tidak mengejan. Oh no.. mengejan dengan sendirinya dengan power yang sangat besar! Permintaan tolong untuk dipanggilkan dokter! Meminta diberi obat apapun pokoknya sakit itu berhenti kian sering terucap. Akhirnya sekitar pukul 11.00 pembukaan 9. Akupun tidak peduli. Bahkan kalaupun pembukaan lengkap aku dengan rasa sakit saat itu, aku tetap ingin di saecar! Telepon terakhir ke dokter beliau bilang ok! Operasi akan dilaksanakan pukul 13.00. Astaghfirullah... kok lama sekali? Aku benar2 gak kuat! Pasrah.. seakan2 satu langkah di pintu kematian. Aku pasrah Tuhan.. tapi jauh di dalam hatiku aku terus berdoa, kuatkan aku..selamatkan aku ya Allah.. selamatkan aku dan bayiku. Hanya Engkau yg mampu menolongku. Tolong aku.. tolong segera akhiri ini semua! Aku gak kuat Tuhan.. akhiri segera!
Detik demi detik terasa begitu menyiksa menunggu pukul 13.00. Memang! Tidak ada yg bisa dilakukan lagi. Sekitar pukul 11.30, 3 bidan datang lagi. Kali ini mereka memberikan obat induksi melalui infus. Satu bidan cek pembukaan dan bilang oke! Kalau mau mengejan boleh mengejan ya sekarang. Subhanallah! Sumpah semangatku langsung naik. Cuma bedanya, sejak induksi itu dipasang, rasa sakitnya tidak berhenti sama sekali. Teruuusssss... tapi bukan sakit kontraksi di perut seperti seharusnya melainkan di anus! Aku pingin ngejan terus, terus, dan terus. Suami, mertua, bidan, semua siaga membantuku saat mengejan. Membasuhkan air di kepala, karna keringatku bercucuran nggak karuan sedari tadi meski ruangan itu berAC. Memegangkan kepala dan kakiku sedemikian rupa posisi untuk memudahkan bayi keluar. Namun sayang.. meski pembukaan lengkap tak kunjung keluar bayinya karna posisinya masih jauh di atas. Hiks hiks.. aku mulai teriak lagi. Vakum aja bu bidan.. lakukan sesuatu. Segera keluarkan bayiku. Gunting saja vaginaku! Atau apapun pokoknya bayiku segera keluar. Sakit sekali iniiii... nggak bisa mbak.. bayinya masih terlalu tinggi. Yok nekat yok! Ngejan yok! Harus bisa ya! Kasian bayinya. Beberapa kali dilakukan tes jantung pada bayiku dan alhamdulillah selalu ada dan stabil. Akupun mengejan terus menerus tiada berhenti karna sakitnya sensasi mengejanpun tiada henti. Berhenti sejenak karna kehabisan nafas. Bidan selalu bilang yak bagus pinter sayang sebentar lagi. Sudah kelihatan rambutnya. Iyak terus bagus. Begituuuu terus katanya bagus2 tapi aku ngejan udah lebih dari 30 kali si bayi juga belum brojol. Hadeh.. sampai pada akhirnya nggak tahu ngejan ke berapa vaginaku digunting. Beberapa ibu2 bilang nggak kerasa sakit sama sekali. Tapi saya sadar betul bagaimna rasanya digunting. Karna pengguntingan dilakukan harusnya saat ada kontraksi besar di rahim. Tapi rahimku tidak kontraksi sama sekali sedari tadi. Tidak keras sama sekali. Hanya rasa sakit yg larinya ke anus. Itu sebabnya aku bisa merasakan sakitnya digunting. Tapi tak apa. Aku malah senang. Berarti jalan lahir anakku makin luas. Sakitnya diguntingpun tidak ada apa2nya dengan sakit saat kontraksi dan sensasi mengejan pada waktu itu. Aku mengejan beberapa kali. Aku sempat terhenti karna nafas nggak kuat. Suami yg selalu standby di sampingku, ayo sayank! Kepalanya sudah 1/3 keluar. Semangat yank sedikit lagi! Terus jangan berhenti. Wow.. energiku bagaikan direcharge. Sekedar info, karna aku mengejan tanpa ada kontraksi, babynya sulit keluar. Untungnya dibantu didorong sama bidannya melalui perut. Finally, beberapa kali lagi mengejan, aku keluarkan seluruh sisa tenaga dan nafasku dan dibantu didorong bidan, bruuullll... kepala anakku keluar diikuti dengan brull brull lainnya. Badannya, ari2, placenta, gumpalan darah, semua mengalir berurutan begitu melegakan. Lihat yank.. itu anak kita. Anak kita sudah lahir. Begitu suami berkata dengan mata berkaca2 dan menciumi keningku. Mama mertuaku juga begitu. Dia menangis sambil menciumi keningku, mengucapkan terimakasih dan lagi2 membasuh kepalaku. Semua rasa sakit yg amazing tadi hilang begitu saja. Alhamdulillah..
Karna terlalu lama keluarnya anakku nangisnya hanya sedikiiitt dan kecil sekali. Lalu bidan memasukkan selang melalui mulutnya untuk mengeluarkan lendir2 di dalam yang akhirnya anakku terbatuk2 dan menangis kencang. and you know what, kepalanya lonjong karna keluar masuk terua. Aku menangis bersyukur akhirnya anakku lahir juga tepat pukul 12.00. Akupun terus menangis dan berdoa memohon keselamatan bayiku dan umur yang panjang. Segala dzikir dan shalawat aku dan suami lantunkan. Mama mertua mengabari bapak mertua dan sibuk mengambil gambar anakku.
Mama mertua dan suami akhirnya disuruh keluar, waktunya melakukan jahitan. Begitu dengan bayiku, dibawa ke ruangan inkubator dan diadzani suami. Huwah..padahal aku pingin lihat dan mengabadikan momen itu. Aku kira penderitaan rasa sakitku sudah berakhir. Ternyata belum. Proses jahit menjahit vaginaku rasanya maknyusss... awalnya aku bisa tahan. Tapi waktu sudah sampai di bagian kulit aku nangis2 lagi. Suakitnya minta ampun! Tapi tetep sih.. gak sesakit proses melahirkan. Hehehe.. jahitanku banyak sekali pemirsa.. dimana2.. sampai anus. Oh..god...
Bersambung...
NB : Cerita ini ditulis bukan untuk menakut2i.. justru sebagai penyemangat. Bahwa Allah tidak pernah memberi apapun yang tidak bisa kita lampaui. Buktinya meski beberapa kali bilang nggak kuat ternyata atas izin Allah aku bisa melalui proses melahirkan normal itu. Allah pasti selalu menolong hambanya..semangat ya mommies..
Bersambung...
Dear you,
Yesi Sehiling adalah nama yang dianugerahkan orang tuaku sejak kecil. Tapi kini berubah menjadi Yesi Iqomaddin semenjak dipersunting suami saya, Fajar Iqomaddin.
Aku biasa dipanggil Kebo. Yah..nama secantik yang aku miliki berubah menjadi Kebo karena kondisi badan yang nggak bisa dibilang seperti model (sejak SMA).
Blog ini sengaja dibuat sebagai wadah agar aku terus berlatih menulis. Maklum..sebagai mahasiswi sastra (sekarang alumni), aku sangat tidak bisa menulis dan tidak pernah menulis. Unik gak sih? Unik aja lah ya...hihihi...Semoga kalian tidak sakit mata membaca tulisanku ☺. Please enjoy!
Monday, April 11, 2016
Vagina terasa ngilu saat pipis
Alhamdulillah...akhirnya bisa tidur pulas juga setelah semalam ngerengek2 nggak bisa tidur sama sekali. Gimana mau bisa tidur kalau setiap 5 menit harus buang air kecil/pipis ditambah lagi vagina ngilu sekali saat dan setelah pipis. Pake pampers pun nggak sampai satu jam sudah penuh. Tetep nggak bisa tidur karna ngilu juga tetap singgah.
Entah ada hubungannya apa tidak,
10 April 2016 sekitar pukul 6 pagi, ketika pipis keluar lendir darah coklat kehitaman dengan jumlah sedikit.
Entah ada hubungannya apa tidak,
10 April 2016 sekitar pukul 6 pagi, ketika pipis keluar lendir darah coklat kehitaman dengan jumlah sedikit.
Awalnya seneng banget.. aku pikir hari itu juga aku akan melahirkan. Semangat donk akhirnya buat jalan2 dan aktivitas. Tapi ternyata eh ternyata, vagina terasa sangat ngilu sengilu2nya saat dipakai jalan. Well, aku masih semangat. Setiap ngilu hilang aku jalan lagi, dan nyeri itu pasti muncul lagi. Begitu seterusnya sampai aku nggak kuat lagi nerusin aktivitas atau sekedar jalan kaki. Sakiiiiittttt sekaliiiiiii. Dan yang bikin sebel ternyata pipis pun vagina terasa panas, nyeri, ngilu dll. Akhirnya satu hari aku buat istirahat aja.
Jujur baru semalam aku merasa marah sekali. Putus asa, kesal, semua bercampur jadi satu. Ditambah lagi kesalku karna bapak mertua nongkrong depan pintu kamar nonton TV padahal aku kebelet pipis tiap 5 menit dan padahal lagi di kamarnya sudah ada TV lebih bagus pula. Uuufffffffff malu!
Sungguh2 marah dan benci keadaan semalam entah kenapa. Aku sudah mencoba mensugesti pikiranku untuk senang dan bersyukur karna anakku kemungkinan besar sudah masuk panggul makanya sakit luar biasa. Aku harus menikmati setiap detik rasa sakit karna itu anugerah. Tapi tetep saja rasa kesal itu nggak bisa hilang. Benar2 berbeda seperti biasanya yang aku selalu ambil sisi positif. Dalam hati ngerengek2 ingin segera kehamilan ini diakhiri. Mengingat usia kandungan menurut hpht menginjak 41 minggu. Tapi kenapa belum juga ada kontraksi??? Kontraksi sungguhan yg aku tunggu. Bukan rasa ngilu2 ini. Astaghfirullah maafin aku Tuhan.. maafkan hambamu yg kurang bersyukur ini. Hiks
Finally..suami pakein lagi pampers baru. Dia nggak tega jika aku harus terganggu tidur karna bolak balik ke kamar mandi. Meski tahu tiap pipis aku merasakan sakit di vagina, setidaknya bagi suami aku bisa pipis langsung tanpa repot2 ke kamar mandi dan lepas pasang celana. Well..tiba2 aku teringat music hypnotherapy yg ada di HP. Aku meminta suami memainkannya dan diletakkan di sebelah kepalaku. Subhanallah...tiba2 aku nggak sadar dan sudah tertidur pulas gitu aja. Pipis yang sedmharian mengganggu tiba2 hanya membangunkan aku selama 2 kali saja selama tidur sampai pagi. Alhamdulillah..
Dan di pagi ini, aku berharap kontraksi sungguhan segera datang. Aku sungguh2 sudah sangat merindukan kehadiran anakku ke dunia ini. Terlebih lagi kalau harus ingat2 usia kandungan. Hiks makin sedih. Saat ini aku masih dalam kondisi berbaring. Merasakan ngilu2 yg tersisa sekaligus mengumpulkan tenaga untuk beraktivitas lahi. Semoga hari ini juga aku melahirkan ya Allah... semoga bisa melahirkan normal. Sehat dan selamat aku dan bayiku. Amiin...
Dear you,
Yesi Sehiling adalah nama yang dianugerahkan orang tuaku sejak kecil. Tapi kini berubah menjadi Yesi Iqomaddin semenjak dipersunting suami saya, Fajar Iqomaddin.
Aku biasa dipanggil Kebo. Yah..nama secantik yang aku miliki berubah menjadi Kebo karena kondisi badan yang nggak bisa dibilang seperti model (sejak SMA).
Blog ini sengaja dibuat sebagai wadah agar aku terus berlatih menulis. Maklum..sebagai mahasiswi sastra (sekarang alumni), aku sangat tidak bisa menulis dan tidak pernah menulis. Unik gak sih? Unik aja lah ya...hihihi...Semoga kalian tidak sakit mata membaca tulisanku ☺. Please enjoy!
Tuesday, April 5, 2016
Belum Juga Melahirkan Lewat HPL
Yesterday was my due date. But now, I'm still pregnant. Hampir semua calon ibu yg melewati hpl tapi tak kunjung jg bersalin pasti paham bagaimana perasaan saya. Yes! Worry, anxious, afraid, and so on semua bercampur jadi satu. Sejujurnya, hari ini saya sempat berputus asa. Serasa capeeekkkk sekali. Serasa kesal juga kenapa dedek tak kunjung keluar. Sempet nangis sejadi2nya. Sempet juga bilang ke suami kalau aku kayaknya sudah putus asa.
Dalam keputus asaan yang datang itu, sedikit demi sedikit aku kumpulkan lagi rasa percaya dan prasangka baik kepada Allah. InshaAllah, Allah selalu memberikan yg terbaik dan tepat waktu. Aku jadi ingat pada kejadian 9 bulan yang lalu, dimana aku juga sempat sangaaatttt kecewa dan hancur. Saat itu, pagi2 sekali aku test pack dan alhamdulillah hasilnya positif. Berhubung saking senengnya, malam harinya aku minta suami anterin USG. Waktu USG ternyata hasilnya tidak tampak tanda2 bahwa aku positif hamil. Yang ada malah kista di ovarium kiri dan kanan terlihat. Dokter pun bilang bahwa beliau tidak bisa bilang bahwa aku positif hamil. Ditambah lagi saat aku browsing2, menemukan artikel yang katanya kista bisa saja menyebabkan saat kita testpack terlihat positif. Duh! Makin hancur.
Tapi kemudian aku meyakinkan diriku lagi, inshaAllah memang positif hamil. Aku tunggu sampai 4 bulan untuk melakukan USG ke2 kalinya. Alhamdulillah, janin yg mungil lucu pun tampak. Kistaku sudah tinggal 1 yg tampak. Inilah yg membuatku lebih kuat hari ini. Jika dulu aku USG tidak tampak meski telat 2 minggu, berarti mungkin saja HPL ku sebenarnya juga telat 2 minggu. Ya! Aku masih percaya aku bisa melahirkan secara normal. Mudah2an Tuhan menjamah doaku dan memberi aku dan bayiku keselamatan, kesehatan, juga umur yang panjang. Aku akan nanti setidaknya sampai 2 minggu lagi, mudah2an sebelum 2 minggu aku sudah bersalin dan inshaAllah secara normal. Mudah2an bisa..mudah2an Allah mengabulkan doaku. Meski begitu masih ada ragu dan bingung dalam hati saya. Apa yang akan terjadi jika 2 minggu kemudian bayiku tak kunjung lahir? Yakin mau induksi? Yakin mau langsung saecar? Atau barangkali masih mau menunggu untuk proses persalinan normal? Sejujurnya ingiiinnnn sekali proses normal itu benar2 terjadi tidak lama dari sekarang dan tidak lebih dari 42minggu kehamilan. Tapi masih ada perasaan takut kalo dedek bayinya kenapa2 klo lama2 di dalam. Ya meskipun percaya bahwa dia akan baik2 saja itu lebih besar dr pda rasa takut itu sendiri. Ya Tuhan...Semoga Engkau menyegerakan proses persalinanku, mempermudah proses persalinanku, dan tentunya Engkau ridhai persalinanku secara normal.. Tolong Tuhan..segerakanlah...Amiin...
23:06 Tuesday, April 5th 2016
Dalam keputus asaan yang datang itu, sedikit demi sedikit aku kumpulkan lagi rasa percaya dan prasangka baik kepada Allah. InshaAllah, Allah selalu memberikan yg terbaik dan tepat waktu. Aku jadi ingat pada kejadian 9 bulan yang lalu, dimana aku juga sempat sangaaatttt kecewa dan hancur. Saat itu, pagi2 sekali aku test pack dan alhamdulillah hasilnya positif. Berhubung saking senengnya, malam harinya aku minta suami anterin USG. Waktu USG ternyata hasilnya tidak tampak tanda2 bahwa aku positif hamil. Yang ada malah kista di ovarium kiri dan kanan terlihat. Dokter pun bilang bahwa beliau tidak bisa bilang bahwa aku positif hamil. Ditambah lagi saat aku browsing2, menemukan artikel yang katanya kista bisa saja menyebabkan saat kita testpack terlihat positif. Duh! Makin hancur.
Tapi kemudian aku meyakinkan diriku lagi, inshaAllah memang positif hamil. Aku tunggu sampai 4 bulan untuk melakukan USG ke2 kalinya. Alhamdulillah, janin yg mungil lucu pun tampak. Kistaku sudah tinggal 1 yg tampak. Inilah yg membuatku lebih kuat hari ini. Jika dulu aku USG tidak tampak meski telat 2 minggu, berarti mungkin saja HPL ku sebenarnya juga telat 2 minggu. Ya! Aku masih percaya aku bisa melahirkan secara normal. Mudah2an Tuhan menjamah doaku dan memberi aku dan bayiku keselamatan, kesehatan, juga umur yang panjang. Aku akan nanti setidaknya sampai 2 minggu lagi, mudah2an sebelum 2 minggu aku sudah bersalin dan inshaAllah secara normal. Mudah2an bisa..mudah2an Allah mengabulkan doaku. Meski begitu masih ada ragu dan bingung dalam hati saya. Apa yang akan terjadi jika 2 minggu kemudian bayiku tak kunjung lahir? Yakin mau induksi? Yakin mau langsung saecar? Atau barangkali masih mau menunggu untuk proses persalinan normal? Sejujurnya ingiiinnnn sekali proses normal itu benar2 terjadi tidak lama dari sekarang dan tidak lebih dari 42minggu kehamilan. Tapi masih ada perasaan takut kalo dedek bayinya kenapa2 klo lama2 di dalam. Ya meskipun percaya bahwa dia akan baik2 saja itu lebih besar dr pda rasa takut itu sendiri. Ya Tuhan...Semoga Engkau menyegerakan proses persalinanku, mempermudah proses persalinanku, dan tentunya Engkau ridhai persalinanku secara normal.. Tolong Tuhan..segerakanlah...Amiin...
23:06 Tuesday, April 5th 2016
Dear you,
Yesi Sehiling adalah nama yang dianugerahkan orang tuaku sejak kecil. Tapi kini berubah menjadi Yesi Iqomaddin semenjak dipersunting suami saya, Fajar Iqomaddin.
Aku biasa dipanggil Kebo. Yah..nama secantik yang aku miliki berubah menjadi Kebo karena kondisi badan yang nggak bisa dibilang seperti model (sejak SMA).
Blog ini sengaja dibuat sebagai wadah agar aku terus berlatih menulis. Maklum..sebagai mahasiswi sastra (sekarang alumni), aku sangat tidak bisa menulis dan tidak pernah menulis. Unik gak sih? Unik aja lah ya...hihihi...Semoga kalian tidak sakit mata membaca tulisanku ☺. Please enjoy!
Subscribe to:
Posts (Atom)