Friday, February 19, 2016

MENGAJAR BAHASA INGGRIS TK : BERMAIN DAN BELAJAR



Bahasa inggris adalah bahasa Internasional yang memiliki peranan penting dalam dunia global. Sebagai bahasa Internasional, Bahasa inggris digunakan untuk menyampaikan berbagai macam informasi global di berbagai media. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadirannya dalam dunia global mengharuskan kita untuk mampu menguasai bahasa inggris. Oleh sebab itu, saat ini Bahasa Inggris dijadikan kurikulum khusus di pendidikan Sekolah Dasar sehingga Bahasa Inggris untuk anak usia dini pun terus berkembang untuk membantu anak lebih siap menghadapi pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat selanjutnya. 

Mengajar bahasa inggris di Pendidikan Usia Dini (PAUD) bukanlah perkara yang mudah. Sebagai guru bahasa Inggris PAUD, saya pernah mengalami frustasi. Saya bingung karena anak-anak sulit mengikuti pembelajaran. Mereka ribut dengan sendirinya, tidak memperhatikan apa yang saya sampaikan dan kelas menjadi kacau. Disini saya menyadari bahwa saya harus mengubah cara penyampaian pembelajaran yang membosankan menjadi lebih kreatif dan menyenangkan.
Ada dua tahap metode pembelajaran kreatif dan menyenangkan yang saya terapkan:
1.    Opening dengan permainan-permainan yang edukatif yang melatih motorik dan konsentrasi anak-anak. Dalam tahap ini, diharapkan agar anak-anak siap menerima pembelajaran bahasa Inggris dengan perasaan yang gembira dan penuh semangat. Jika anak-anak merasa gembira dan semangat, maka mereka bisa menangkap informasi yang diterima dengan mudah.
Sebelum pembelajaran dimulai, saya mengajak anak-anak untuk bermain dengan cara bernyanyi dan menggerakkan tubuh sesuai dengan lirik yang kita nyanyikan. Misalnya:

Up and down and shake shake shake
(Tangan ke atas – tangan ke bawah – tangan di pinggang dan menggoyangkan pinggul)
Up and down and shake shake shake
(Tangan ke atas – tangan ke bawah – tangan di pinggang dan menggoyangkan pinggul)
Shake to the right and shake to the left
(Goyangkan tangan ke kanan – goyangkan tangan ke kiri)
Turn around and shake shake shake
(tangan di atas sambil memutarkan badan – tangan di pinggang dan menggoyangkan pinggul)

Untuk membuat permainan ini lebih menyenangkan sekaligus melatih motorik dan konsentrasi anak-anak, maka lagu tersebut harus dinyanyikan dalam berbagai versi kecepatan; lambat, sangat lambat, sedang, cepat dan sangat cepat. Gerakan mereka juga harus mengikuti kecepatan lagu yang dinyanyikan. Hasilnya, anak-anak merasa gembira, siap dan terlihat penuh semangat untuk mengikuti pembelajaran bahasa inggris inti.

2.    Pembelajaran inti.  Hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah membuat anak-anak berpikir bahwa mereka tidak sedang dalam belajar tetapi anak-anak menganggap bahwa mereka sedang bermain. Salah satu contoh yaitu ketika dalam menyampaikan materi bertema transportasi. Saya memeperkenalkan mereka jenis-jenis transportasi dalam bahasa inggris melalui lagu seperti berikut:
Mobil Car Bus Bus
Kapal Ship Truk Truck
Sepeda Bycicle...
Becak Pedicab
Pesawat Aeroplane
Kereta Api Train...
Lalalalalalala... Lalalalalalala...
Lalalalalalala... Lalalalalalala...
Lirik di atas dinyanyikan dengan nada seperti yang terdapat pada lagu “Di sini senang di sana senang” sambil bertepuk tangan dan dilakukan berkali-kali sampai mereka hafal. Selain itu, dalam pembelajaran inti ini, kelas kemudian dibagi menjadi dua kelompok dimana tiap kelompok memperebutkan juara sebagai kelompok yang paling bersemangat menyanyikan lagu di atas. Dengan cara ini, anak-anak terlihat sangat antusias dan terpacu untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar. Keaktifan anak inilah yang menjadi kunci keberhasilan dalam belajar bahasa Inggris.
Pada akhir pembelajaran, diadakan evaluasi berupa sesi pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan. Bagi yang bisa menjawab benar, diberikan reward berupa bintang yang ditempelkan di papan penilaian. Sebagian besar dari mereka mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar yang berarti mereka telah menangkap materi bahasa inggris yang disampaikan dengan baik.
Perlu diingat, dunia anak adalah dunia bermain. Maka penyampaian materi dengan bermain merupakan cara yang sangat bagus agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Dengan bermain, anak-anak memiliki semangat. Hasil belajar yang baik dapat diwujudkan jika anak-anak mengikuti proses belajar dengan perasaan gembira dan penuh semangat. Dengan begitu, anak-anak tidak akan merasa bosan, cuek, dan dapat dengan mudah menangkap materi yang disampaikan. Kesimpulannya, Metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan ini sangat bagus untuk mendapatkan hasil belajar bahasa Inggris anak yang maksimal.

Friday, February 5, 2016

Malu Bertanya, Sesat di Jalan


"Malu bertanya, sesat di jalan" merupakan peribahasa yang pastinya sudah sering kita dengar sejak di bangku Sekolah Dasar. Peribahasa ini mengajarkan kita agar aktif bertanya jika menghadapi kesulitan dalam bentuk apapun. Kita pasti sangat hafal di luar kepala apa arti dan maksud dari peribahasa tersebut. Namun, kenyataannya praktek tidak semudah teori. Perasaan malu bisa jadi merupakan momok yang sangat menakutkan bagi sebagian orang, meski untuk sekedar bertanya. Karena itulah, Bank Negara Indonesia (BNI) membuka kompetisi blog yang bertema "Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan" untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar tidak lagi merasa malu dan ragu dalam bertanya tentang apapun, kapanpun dan dimanapun. BNI juga telah menyediakan fitur di TWITTER @BNI46 dengan hashtag #AskBNI yang memungkinkan kita mendapatkan informasi lengkap yang kita inginkan.

Malu bertanya pernah terjadi pada saya beberapa tahun silam. Saat itu, saya mendapat undangan pesta ulang tahun teman saya yang alamatnya terdengar asing di telinga. Lebih tepatnya asing bagi telinga saya yang notabene tidak pernah pergi kemana-mana selain pergi ke sekolah atau tempat-tempat di sekitar rumah. Bagi saya jarak itu terlalu jauh karena saya membutuhkan waktu 1,5 jam untuk sampai disana menggunakan motor. Jalan yang saya tempuh ke rumah teman saya itu adalah dari tempat sekolah seperti yang terdapat pada peta dibelakang undangan dimana saya harus menempuh 30 menit untuk sampai ke tempat sekolah terlebih dahulu.

Pesta ulang tahun usai hampir sekitar pukul 5 sore. Saya pun bergegas pulang agar tidak keduluan malam. Awalnya perjalanan terasa mulus hingga pada akhirnya jalan kampung yang sudah dekat dengan rumah saya ditutup karena ada sebuah acara pernikahan. Sontak saya kebingungan bukan main. Saya tidak tahu jalan lain lagi selain yang saya lewati seperti biasanya. Ditambah lagi, bulan sudah menunjukkan senyumnya. Ya, kira-kira pukul 06.30 waktu itu. Saya mengambil jalan tikus yang tersedia di kampung itu. Ah, namanya juga jalan tikus, terlalu rumit. Parahnya, acara pernikahan lain menutup jalan tikus yang saya ambil.Sangat membingungkan. Tidak ada motor lain yang bisa saya ikuti. Jalanan kampung itu begitu sepi, hanya ada beberapa warga yang duduk di teras depan rumah masing-masing. Namun tetap, saya tidak juga bertanya. 

Entah sampai dimana saya. Selama satu jam berputar-putar di kampung yang tak juga saya temukan titik terang jalan ke rumah. Hingga tangisan saya pecah ketika saya sampai di jalan buntu yang sangat menyeramkan. Saya bergegas putar balik dan lagi, berputar-putar terus di kampung sampai pada akhirnya memutuskan untuk kembali saja ke jalan besar yang sudah familiar bagi saya. Meski jauh, setidaknya saya tidak akan tersesat. Dan sampailah di rumah saya pada pukul 21.00. Saya membutuhkan waktu 4 jam untuk sampai di rumah hanya karena tidak mau bertanya. Padahal jarak tempat dimana saya tersesat dengan rumah hanya sekitar 2 km yang bisa ditempuh dalam waktu 5-10 menit saja.

Betapa ruginya jika kita mendahulukan rasa malu di atas segalanya. Andai saya mau bertanya, saya tidak akan tesesat di jalan. Berikut keuntungan yang bisa saya dapat jika saya mau bertanya saat itu:
  1. Saya bisa sampai di rumah 2 jam lebih awal
  2. Saya bisa mengirit pengeluaran bensin
  3. Saya bisa menemukan jalan baru yang lebih dekat
  4. Saya tidak akan setres dan menangis karena berputar-putar kebingungan dan menemukan jalan buntu.
Keesokan harinya, teman saya memberi tahu bahwa sebenarnya jarak rumah kami bisa ditempuh dalam waktu 30 menit saja. Kenapa saya harus membutuhkan 1,5 jam? Karena saya telah memutari kota. Lagi-lagi, karena enggan bertanya saya telah merugikan diri saya sendiri.

Peribahasa bukan hanya sekedar peribahasa. Peribahasa ada sebagai acuan kita dalam menjalani hidup. Semoga pengalaman di atas dapat benar-benar menyadarkan kita tentang pentingnya bertanya dan benar-benar mengamalkan pelajaran dari peribahasa "Malu bertanya, sesat di jalan".