Tuesday, February 21, 2017

CERPEN MISTERI: KEMATIAN SURYOTO

Sungguh tragis nasib Suryoto. Tuhan menjemput ajalnya dengan sangat mengerikan. Puluhan luka menganga di sekujur tubuhnya. Matanya dicongkel, telinganya putus, dada dan perutnya sobek. Organ tubuh beserta darah berceceran disekitar tubuh kakunya; jantung, paru-paru, ginjal, usus dan lain sebagainya. Organ demi organ yang berhamburan tak karuan itu kemudian dikumpulkan oleh warga. Semua lengkap kecuali hati dan alat kelaminnya. Entah dimana, tidak ada yang bisa menemukan. Mungkin sudah hancur menjadi darah bercampur dengan cuilan-cuilan organ lain atau dagingnya.
Penemuan mayat Suryoto berawal dari kecurigaan warga yang mencium aroma tidak sedap setiap kali melintasi rumah Suryoto. Makin hari makin menyengat. Hingga akhirnya warga memutuskan mendatangi rumah Suryoto untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa ketukan dan panggilan tidak dijawab. Mereka kemudian memutuskan untuk mendobrak pintunya. Belum sempat pintu itu didobrak, dengan tidak sengaja salah seorang warga menekan engsel pintu dan akhirnya pintu terbuka. Ya, nyatanya pintu itu tidak dikunci. Mereka lantas memasuki rumah, mengikuti arah bau busuk itu. Perasaan mereka semakin was-was mengetahui lalat beterbangan dan berkumpul di satu titik lokasi, kamar Suryoto. Warga dibuat terkejut bukan main dengan adanya sesosok tubuh dengan luka mengerikan itu, mayat Suryoto. Semakin Terkejut pula tepat di samping mayat Suryoto, istrinya terbaring beralaskan tikar dalam keadaan hidup dan utuh.
***
Suryoto dikenal sebagai orang yang tidak suka bergaul. Dia jarang sekali berkumpul dengan warga lain. Karakter dinginnya membuat dia berbicara seperlunya saja, itupun jika ditanya, kecuali dengan Mbok Nah, penjual sembako langganannya, mereka kerap kali berbincang. Maklum saja, semenjak istrinya sakit, memang dia yang mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga, termasuk berbelanja untuk memenuhi urusan dapur. Suryoto juga dikenal sebagai orang yang sangat tempramen. Dipenjara 3 kali dengan kasus yang sama, penganiayaan. Satu kasus diantaranya, korban meninggal dunia. Sikap tempramen itu pula yang mengakibatkan kondisi Surti, istrinya, tidak kalah mengenaskan. Sejak 3 bulan yang lalu, Surti hanya bisa berbaring di atas tikar di samping ranjang Suryoto. Seluruh anggota tubuhnya lumpuh. Mulutnya tidak bisa berbicara, matanya hanya bisa berkedip-kedip dengan tatapan kosong. Wanita malang itu tidak bisa lagi berinteraksi, benar-benar tidak bisa berinteraksi, meski hanya untuk mendengar atau sekedar merespon pertanyaan dengan menganggukan atau menggelengkan kepala. Bisa dikatakan, dia sebenarnya sudah mati. Hanya saja rohnya masih tersangkut di tubuh yang mati jiwa itu. Mungkin karena itulah, Suryoto tidak menempatkan Surti di atas ranjang bersamanya.
Entah apa penyebab kemarahan Suryoto kepada Surti yang telah dinikahi 7 tahun silam itu. Bahkan kepada Mbok Nah pun dia tidak bercerita. Yang jelas, Suryoto menganiaya istrinya dengan berbagai benda seperti kemoceng, sapu bahkan kursi. Dia juga menendang dan menginjak-injak Surti dengan kaki besarnya, juga membenturkan kepala Surti hingga mengalir cairan merah segar dari hidung, mulut dan kepalanya. Luka tergores di sekujur tubuhnya. Namun yang paling parah yaitu luka di hatinya hingga membuat dia kehilangan jiwa, bernyawa tapi tak hidup. Mereka hidup hanya berdua, tidak ada anak ataupun sanak keluarga. Lokasi rumah yang jauh dari tetangga pula mengakibatkan tak ada satupun orang yang ada untuk meredam pertikaian mereka hingga beberapa warga datang karena tidak sengaja melintas.
Semenjak tindakan penganiayaan itu, rupanya Suryoto semakin lepas kendali. Kerap kali, dia membawa masuk wanita asing dengan pakaian yang jauh dari kata santun ke dalam rumahnya. Bukan wanita yang sama, melainkan wajah yang berbeda-beda. Kenyataannya, Suryoto mengiyakan kejadian itu kepada mbok Nah. Tambahnya, dia tidak segan-segan bermesraan dan bercinta dengan wanita-wanita itu di atas ranjang disamping istrinya yang lumpuh raga dan jiwanya. Tidak ada rasa malu, tidak ada rasa iba. Baginya, istrinya sudah tidak berguna, tidak ada, sudah mati. Meski menganggap demikian, Suryoto tetap memberi makan kepada Surti dengan cara menyuapinya. Karena itu, Surti masih hidup hingga sekarang.
***
Siapa yang bisa disalahkan atas kematian Suryoto? Siapa yang membunuhnya? Surti? Ah! mustahil jika dia pelakunya. Lalu, mungkinkah wanita-wanita yang berkencan dengannya? Tapi yang mana? Lagipula tidak ada saksi selain Surti. Apa yang bisa didapat darinya? Meski matanya berfungsi tapi toh percuma, Surti tidak mengerti apa-apa dan tidak akan bisa menjawab apa-apa. Ah, sudahlah, ini sudah menjadi nasib Suryoto. Tuhan sedang memberlakukan karmanya.
***
Suatu malam seorang warga dibuat kaget setengah mati ketika melintasi rumah Suryoto. Dia mendengar suara seorang wanita dari dalam rumah itu. Dia bimbang antara takut dan senang. Takut karena yang dia tahu, hanya ada satu penghuni di rumah itu, Surti, yang notabene tidak bisa berbicara. Senang karena mungkin saja Surti sudah mulai bisa mengeluarkan suara. Rasa penasaran menuntunnya untuk melihat siapa wanita itu.  Dengan langkah hati-hati, dia menuju satu-satunya ruangan yang lampunya menyala. Dia mencoba mengintip dari bilik jendela ruangan itu yang ternyata adalah kamar Suryoto. Terkejutnya dia melihat seorang wanita dengan dandanan begitu cantik dan menawan berbalut kebaya merah merona senada dengan warna lipstiknya. Wanita itu tersenyum-senyum sendiri di depan cermin. Tangan kanan dan kirinya nampak menggenggam sesuatu. Warga itu hanya bisa terbelalak dan mencoba mengingat-ingat wajah yang seperti pernah dia kenal itu. Tubuhnya bergetar tak karuan ketika wanita itu mulai bersuara kembali.
            “Kang Mas, hati ini yang menyatukan kita dalam cinta (nada sangat lembut), tapi kelamin ini yang telah merusak kebahagiaan kita! (nada sangat keras)”
“Surti!” Teriak warga itu masih dalam kebingungannya.